Jumat, 02 April 2010

Penemu Listrik Tenaga Gelombang

Zamrisyaf Sy:

Penemu Listrik Tenaga Gelombang

Oleh: Febrianti/ PadangKini.com 
KAPAL ‘Kuda Laut' yang sedang mengarungi Selat Mentawai terguncang-guncang oleh gelombang laut Mentawai yang digemari peselancar dunia itu. Bila tidak berpegangan, penumpang kapal bisa dihempaskan kesana kemari.
Namun bagi Zamrisyaf Sy, salah satu penumpang kapal Mentawai yang hendak ke Padang itu, kejadian tersebut menjadi ide baru; bisakah gelombang yang begitu besar menjadi energi listrik?

Zamrisyaf, staf perencanaan PLN Wilayah Sumatera Barat saat itu ditugaskan ke Kepulauan Mentawai untuk mencari potensi listrik yang menggunakan Mikro Hydro untuk dipakai di Mentawai pada pertengahan 1990. Karena Zamri baru saja mengikuti kursus tentang Mikro Hidro di Swiss dan Srilangka.

Namun di beberapa pulau di Mentawai seperti Sikakap, Sipora, dan Sinakak, ia gagal mendapatkan potensi air yang mengalir untuk membangun Pembangkit Listrik Mikro Hydro. Saat pulang dari Mentawai, ide baru itu muncul: membuat pembangkit listrik dengan tenaga gelombang.

Lama ide itu mengendap di kepalanya tak kunjung mendapatkan jalan. Tidak lama setelah itu, Zamri ke Jakarta dengan kapal laut di Pelabuhan Teluk Bayur ke Tanjung Priok. Malamnya, badai cukup besar menghadang di Selat Sunda.

Paginya teman seperjalanannya berkata, "Badai besar sekali malam tadi ya, masa nggak tahu, lonceng kapal di depan tadi malam berdentang-dentang," katanya pada Zamri.

Zamri melihat lonceng kapal, dan saat itulah ia terinspirasi goyangan bandul lonceng kapal. "Itulah ide awalnya, bandul yang bergerak karena gelombang," kata Zamrisyaf. 

Dia pun  membuat konsep rancangannya. Lalu mulai mewujudkan desain yang ia beri nama PLTGL-SB (Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Sistem Bandulan).

PLTGL-Sistem Bandulan yang rancang-bangunnya berbentuk ponton ditempatkan mengapung di atas permukaan air laut. PLTGL-SB tersebut akan mengikuti gerak atau arus gelombang sesuai frekwensi gelombang laut, sehingga menyebabkan posisi PLTGL-Sistem Bandulan selalu bergerak sesuai dengan alur gelombang. Karena gerakan yang terus-menerus tersebut, PLTGL-Sistem Bandulan mengeluarkan Energi atau Daya Listrik.

Menurut perhitungan, untuk areal lautan dengan luas + 1 km persegi, energi gelombang laut dapat menghasilkan daya listrik sekitar 20 MW, dengan biaya investasinya + Rp 20.000.000/kW, dan dapat menerangi + 40.000 rumah-tangga sederhana.

PLTGL-SB didesain berbentuk ponton dan di dalam ponton terdapat sejumlah peralatan utama, seperti bandul, pemindah gerak bandul menjadi gerak putar, transmisi putaran, roda gila (Fly Wheel) dan dinamo.

Bandul salah satu peralatan utama PLTGL-SB yang mempunyai peranan penting untuk mengubah energi potensial berupa gelombang laut menjadi energi kenetik. Bandul yang dipasang sedemikan rupa di dalam ponton akan bergerak (bergoyang) kalau ponton bergerak sesuai alur gelombang. Seperti telah disebutkan di atas bahwa Ponton (PLTGL-SB) akan bergerak dengan adanya gerak atau arus gelombang laut.

Untuk mendapatkan daya atau energi listrik mesti ada gerak rotasi (putar), sehingga gerak rotasi tersebut bisa untuk memutar dinamo, karena dengan jumlah rpm (putaran per-menit) tertentu, gerak rotasi (putar) dapat menghasilkan energi listrik dari dinamo. Pembangkit Listrik dengan Bandul Gelombang kemudian dipatenkan pada 2002.

Cocok untuk Daerah Kepulauan

Dengan PLTG  ini, Zamrisyaf yakin bisa untuk mengatasi krisis energi, dan paling cocok untuk daerah kepulauan. Selain itu juga praktis dan efesien. Dari perhitungannya, untuk areal lautan dengan luas satu kilometer persegi, energi gelombang laut dapat menghasilkan daya listrik sekitar 20 Megawatt (Mw). 

Jumlah ini sama dengan kekurangan daya listrik di Sumbar saat ini. Investasinya Rp20 juta per Kilowatt (Kw) atau total Rp400 miliar dan sanggup menerangi 40.000 rumah.

"Jumlahnya memang hampir sama dengan membangun PLTA dan PLTU, bahkan lebih mahal dibanding diesel, tapi setelah beroperasi akan jauh lebih murah, karena tenaga yang digunakan gratis," katanya.

Saat pengujian pertama pada 2002, ia melakukan uji coba sangat sederhana. Ia merangkai 6 drum menjadi ponton untuk tempat mengapungkan temuannya. Alatnya terdiri dari bandul, plat becak, dan pakai farewell sepeda, belum dipasang dinamo.

Peralatan itu lalu diangkat ramai-ramai bersama tetangganya di Perumahan Mega Permai Muaro Panjalinann Padang untuk diapungkan di pantai dekat rumahnya. Tapi hasilnya tidak memuaskan. Ada satu lengan bandul yang rusak, walaupun  tidak memuaskan tetapi sudah berhasil membentuk pergerakan.

Zamri kembali memperbaiki temuannya yang diuji coba lagi setahun kemudian, dan peralatannya bisa bergerak dengan bagus. Roda gila, bandul, plat sepeda, bisa berputar. Zamri mengadakan percobaan hingga 3 kali dengan menggunakan dana pribadi sekitar Rp40 juta. "Karena tidak ada yang mau mendanai, jika belum lihat hasilnya," katanya..

Pada 2007, uji coba keempat, baru dibantu PLN Wilayah Sumatera Barat, kantor tempatnya bekerja. Kali ini ujicoba dilakukannya di pantai Ulak Karang, Padang.

Pada percobaan kali ini sudah dipasang dinamo, sehingga mulai menghasilkan listrik. "Lampunya bisa nyala dan berkedip, kadang terang, kadang redup, itu menandakan energi gelombang ini sudah bisa menghasilkan listrik," kata Zamri.

Nantinya, untuk skala besar, ia membayangkan dalam satu ponton akan ada 4 sampai 6 bandul, bukan hanya satu, tergantung berapa panjang gelombang, berapa tinggi gelombang. Listrik yang bisa dihasilkan paling kurang berkisar 100-300 kilowat satu ponton.

"Sekarang tinggal mau uji labor tentang bandul yang efektif itu kita butuh 2-3 kali percobaan lagi supaya listriknya bisa jadi, sekarang kan baru keluar listrik, nanti kita uji coba bagaimana bentuk ponton, supaya listrik yang dihasilkan optimal," kata Zamri.

Ia mengatakan, di Luar Negeri juga sudah diteliti pembangkit listrik tenaga gelombang laut, namun pembangkit itu ditanamkan ke laut.  Keunggulan temuannya karena peralatannya tidak ada yang bersentuhan dengan air laut, kecuali ponton, sehingga lebih fleksibel dan bisa dibawa ke mana-mana.

Pernah Mendapat Kalpataru 

Kendala saat ini ia butuh dana untuk mewujudkan temuannya menjadi skala komersial dibutuhkan dana sebesar Rp1 miliar hingga Rp1,5 miliar.
Ia mengatakan temuannya amat prospek untuk mengurangi krisis listrik di Indonesia.

"Panjan pantai Indonesia, 81 juta km lebijh, 10 persen saja dari panjang pantai itu bisa kita manfaatkan untuk pembangkit  listrik,kita lebih kurang punya 61giga watt, di Sumatera Barat, punya panjan g pantai 375 km, 10 persen saja kita manfaatkan untuk energi gelombang laut itu ada 2891 MW, potensi PLTG-SB ini 1 km 7,5 MW,kalau digunakan tidak ada pemadaman bergilir lagi," kata Zamri.

Kelemahan lain, peralatannya mudah korosi kena air laut, sehingga PLTG-SB yang tahun lalu dipasangnya di Pantai Ulak Karang 6 bulan kemudian dibuka karena korosi.

Ia berharap, temuannya bisa dikembangkan dan ada ynag bersedia membantu mendanai.

"Masa untuk pilkada saja orang bisa  menhabiskan dana kampanye miliaran, untuk PLTG ini nggak ada yang mau bantu, padahal ini bisa untuk orang banyak," kata Zamrisyaf.

Agustus lalu, Zamri mendapat undangan dari Presiden SBY karena termasuk 100 orang penemu inovasi baru di Indonesia. Departemen Sumber Daya Energi dan Mineral pun menguji temuan Zamrisyaf dalam penelitian yang intens di Jakarta.Pada 2002 temuan ini dipatenkan.


Pernah Mendapat Kalpataru

Zamrisyaf pernah mendapat penghargaan Kalpataru pada 1983 dari Presiden Soeharto karena membuat listrik dengan kincir untuk desanya di Sitalang, Lubuk Basung. Kincir itu dianggap kincir listrik tepat lingkungan.

Awanya, pada 1981, setamat STM, pria kelahiran Jambi, 19 September 1958 memilih menjadi montir radio di kampungnya yang belum ada listrik, sehingga biasanya memperbaiki radio dengan solder listrik terpaksa dilakukannya dengan lampu petromaks.

"Sore-sore saya pikirkan bagaimana bisa mendapatkan listrik, mau beli desel, ada masalah, harus selalu beli minyak, lalu ada bekas kincir padi, mulailah saya coba ubah untuk memutar satu dinamo untuk satu solder, mulailah saya utak-atik, hampir satu tahun baru listriknya keluar, bukan hanya untuk satu dinamo, tapi bisa menerangi 23 rumah di kampung saya siang-malam," kata Zamri.

Idenya untuk memanfaatkan kincir untuk listrik diekspos media, lalu mulai berdatangan 'studi banding' dari penduduk desa tetangganya dan menerapkan kincir untuk listrik di desa mereka. Atas jasanya, Zamri memperoleh Kalpataru pada 1983.

"Yang datang ke istana kedua orang tua saya, karena saat itu saya menjadi pendatang haram di Malaysia, saat pulang kampung, ditawari Gubernur Sumbar saat itu Azwar Annas dan Kepala PLN Sumbar untuk bekerja di PLN, saya jadi pegawai PLN sampai sekarang," kata ayah 3 anak ini.  

Zamri lalu dikirim  mengikuti kursus tentang Mikro Hidro di Swis dan Srilangka. 

Penghargaan demi penghargaan diraih Zambri. Selain Kalpataru, ia pernah dianugerai Pionir Pembangunan oleh Gubernur Sumbar pada 1983, Perintis Lingkungan Hidup oleh Menteri Negara Sosial pada 1991, Tanda Kehormatan Satyalancana Pembangunan 2002 oleh Presiden, Dharma Karya Pertambangan dan Energi oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada 2005, ‘100 Inovasi Indonesia 2008' oleh Menteri Riset dan Teknologi, dan Tuah Sakato 2008 oleh Gubernur Sumbar. 

Mesti mendapat penghargaan berjibun, nasib penemuan Zambri nyaris jalan di tempat. Penemuan ‘Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut Sistem Bandulan' dengan paten No. P00200200854 pada 27 Desember 2002 tak kunjung terwujud menjadi pembangkit untuk menerangi daerah.**

1 komentar: